Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam upaya untuk dekarbonisasi. Masih banyak faktor yang membuat langkah-langkah tersebut belum berjalan dengan optimal, seperti ketergantungan pada bahan bakar fosil, pertumbuhan kendaraan bermotor, kurangnya infrastruktur transportasi umum, keterbatasan energi terbarukan, regulasi dan kebijakan, efisiensi energi, dan dampak ekonomi.
Menurut Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D, Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral UGM), meskipun terdapat banyak tantangan dalam upaya dekarbonisasi, kita tetap perlu mencari solusi untuk mengatasinya. Dibutuhkan kerjasama dari pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan untuk mencapai transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia.
Sektor transportasi menjadi penyebab utama polusi udara dan gas rumah kaca di Indonesia, dengan sekitar 25% emisi gas rumah kaca berasal dari sektor transportasi. Khususnya, kendaraan bermotor menyumbang 90% dari emisi tersebut. Hal ini membuat Indonesia sulit mencapai target zero emission di tahun 2050 tanpa upaya dekarbonisasi, terutama di sektor transportasi.
Pandu Yunianto, ATD., M.Eng. Sc., Kepala Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB) Kementerian Perhubungan, juga menyatakan bahwa sebagian besar sektor transportasi masih menggunakan bahan bakar fosil, menyebabkan Indonesia memiliki polusi tertinggi di Asia Tenggara. Meskipun kebijakan sudah diterapkan, masih ada tantangan terkait dengan penggunaan energi alternatif seperti gas dan listrik, serta infrastruktur pasokan gas yang masih terbatas.
Dinas Perhubungan Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah melakukan inisiatif untuk menata ulang prioritas pengguna jalan dengan fokus pada pejalan kaki dan pesepeda untuk mengurangi kebisingan dan polusi udara. Program-program seperti peningkatan prasarana park and ride, kawasan low emission zone, insentif dan disinsentif tarif parkir, integrasi pembayaran park and ride dengan angkutan umum, serta kebijakan pembatasan pergerakan telah dijalankan.
Sementara itu, PT Kereta Api (KAI) Persero menunjukkan bahwa penggunaan kereta api dapat membantu mengurangi emisi karbon. Dengan mengangkut penumpang menggunakan kereta api, jumlah emisi yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan jika menggunakan mobil pribadi.
Dalam rangka mencapai zero emission di masa depan, diperlukan kerjasama dari seluruh pihak untuk mendukung upaya dekarbonisasi sektor transportasi. Dengan langkah-langkah yang tepat dan kerjasama yang baik, Indonesia dapat mencapai transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.